Home » , , , » Kolesterol, Tak Cukup Hanya Bawang Putih

Kolesterol, Tak Cukup Hanya Bawang Putih



SEORANG bapak, sebut saja R.G bertanya, apakah kolesterol yang tetap tinggi kendati sudah pantang menu berkolesterol juga tergolong faktor keturunan (hyperlipidemia)? Untuk menurunkan kolesterol, yang ia konsumsi hanya bawang putih mentah.

Pak R.G. mengirimkan hasil pemeriksaan kolesterol, trigliserida (TG), dan gula darahnya. Hasil laboratorium untuk kolesterol dan TG sejak April 2008 memang ada kecenderungan meninggi, khususnya kolesterol. Demikian pula gula darahnya. Mengherankan, kendati sudah mulai minum obat antilipid sejak luli 2008, sampai sekarang kolesterolnya tidak juga turun. Ada apa?

TAK CUKUP BAWANG PUTIH
Ya, tak cukup hanya bawang putih untuk menurunkan kolesterol dan lemak darah (lipid). Kalau ada bahan berkhasiat lain yang mengaku (mengklaim) dapat menurunkan lipid darah, jangan terlampau berharap karena hanya obat (medis) yang sudah teruji yang mampu menurunkannya.

Bahan berkhasiat bukanlah sebagai obat, melainkan terbatas untuk memelihara kesehatan belaka. Bahan berkhasiat baru menjadi obat bila sudah dikenali kandungannya teruji berkhasiat, telah teruji pula keamanannya.

Buktinya Pak R.G. gagal menurunkan koleslerol kendati sudah berbulan-bulan mengonsumsi bawang putih. Perlu uji lebih lanjut terhadap semua bahan berkhasiat yang mengaku mampu menurunkan lipid darah, selain keamanannya pula. Bagi dunia medis, tidak cukup berkhasiat karena jika tak aman (lolos uji toksisitas), tidak boleh dipasarkan sebagai obat. Bawang putih mentah (raw materia) selain bahan yang bermanfaat bagi tubuh, juga mengandung bahan lain yang tidak berkhasiat dan berefek buruk pada tubuh. Sebut saja mengiritasi lambung.

Ekstrak bawang putih hasil teknologi tinggi yang menjadikan kapsul bawang putih berharga mahal. Kita membeli teknologi tinggi yang berhasil mengekstraknya. Soal apakah ekstrak bawang putih itu sudah menyingkirkan zat yang tak bermanfaat dan aman bagi tubuh, juga mampu berperan sebagai obat perlu uji klinis lain.

TURUNAN ATAU ADA PENYAKIT LAIN?
Ya, selain faktor keturunan dan kelebihan mengonsumsi menu berkolesterol (lemak umumnya), kolesterol dan TG meninggi dalam darah dapat terjadi karena kehadiran kencing manis. Gula darah puasa Pak R.G. lebih dari normal. Kita menduga itu dapat menyebabkan kolesterol tinggi.

Hal lain, kemungkinan penyebab kolesterol meninggi adalah kegemukan. Sayangnya Pak R.G. tidak menyebutkan berapa berat badannya. lika indeks BMI (body mass/index)lebih dari 25, dari penghitungan berat badan (Kg) dibagi pangkat dua tinggi badan (M), berarti tergolong kelebihan berat badan. Apalagi kalau indeksnya lebih dari 30. Menurunkan berat badan harus dilakukan untuk menekan kecenderungan kolesterol berlebih dalam darah. Hal lain, yakni faktor merokok, kopi berlebihan, stres, bertambah usia (Pak RG juga tak menyebutkan usianya); fungsi kelenjar gondok yang menurun (hypothyroidism sebagai lawan dari kondisi fungsi gondok berlebihan atau hyperthyroidism), payah ginjal, atau penyakit gangguan hati.

Untuk mengetahui apakah penyebab kelebihan kolesterol darah bukan karena faktor keturunan, faktor-faktor di atas perlu disingkirkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan laboratorium lain, yakni memeriksa fungsi ginjal, hati, dan kelenjar gondok dari darah.
Tubuh yang kelebihan kolesterol selain wajib pantang semua jenis menu yang mengandung kolesterol tinggi seperti jeroan, otak ternak, daging merah, juga perlu membatasi hidrat arang dari nasi, sagu, roti, mi. Jika berlebih, menu tersebut akan diubah jadi lemak juga.

Konsumsi sayur, buah, biji-bijian, umbi-umbian, bekatul, roti ganclum, daging putih (ayam, kelinci, ikan, putih telur) boleh diperbanyak. Pilih minyak zaitun, minyak ikan, kanola, oat bran, omega-3. Idealnya pilih menu yang dipanggang, dipepes, atau dikukus.

Mereka yang kolesterol atau lipidnya tinggi tak cukup hanya memperhatikan menu karena juga perlu rutin bergerak badan. Paling sederhana dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh (brisk walking) 45 menit, 6 kali seminggu. Pengaruh obat kecil saja untuk menurunkan HDL (kolesterol baik), yang harusnya makin tinggi makin menyehatkan. Bergerak badan dan berolahraga bisa membantu meninggikan HDL.

Olahraga tidak meluruhkan "karat" lemak yang sudah terbentuk pada dinding pembuluh darah yang akan menyumbatnya, tetapi menipiskan gajih di bawah kulit. Jika kolesterol tinggi turunan tak terkontrol sejak awal, serangan jantung koroner dan stroke sudah muncul pada umur yang lebih pagi.

Sumber :Tabloid Gaya Hidup Sehat , Kompas,Jumat, 6 Maret 2009

0 komentar:

Posting Komentar