Tips Kesehatan - Khasiat tempe untuk kesehatan tak lagi diragukan. Mulai dari mengatasi disentri, sampai menormalkan kadar kolesterol dalam darah. Kedelai, sebagai bahan utama tempe, adalah rahasia mengapa tempe ampuh mengatasi berbagai penyakit.
Tempe obat disentri?
Keampuhannya telah dibuktikan Van Veen, seorang peneliti dari Belanda, pada penelitiannya yang dilakukan pada awal 1940-an. Penelitian yang dilakukan pada tahanan Perang Dunia II di Penjara daerah Pulau Jawa ini, mengungkapkan bahwa tempe terbukti mampu mengatasi disentri yang dialami para tahanan tersebut.
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa masyarakat yang biasa mengkonsumsi tempe, lebih jarang atau tidak mudah terkena serangan penyakit saluran pencernaan.
Sementara penelitian lain menunjukkan, pemberian menu tempe kepada pasien yang mempunyai kadar kolesterol tinggi, dapat menurunkan kadar kolesterolnya ke tingkat yang normal.
Tampaknya hal ini disebabkan asal tempe itu sendiri yang berasal dari kedelai. Lebih jauh, penelitian Lembaga Gizi ASEAN menyimpulkan, tempe dapat digunakan dalam pembuatan bahan makanan campuran untuk menanggulangi masalah kekurangan kalori, protein, dan penyakit diare pada anak balita.
Disebutkan juga, tempe mempunyai khasiat antara lain mempercepat berhentinya diare akut anak, mempercepat hilangnya lekosit darah, dan dapat meningkatkan berat badan serta status gizi. Terapi gizi menggunakan bahan makanan campuran dari tempe diberikan selama diare, setidak-tidaknya sampai tiga bulan pasca diare.
Konsumen tidak perlu khawatir terhadap aflatoxin dari jamur lain (aflatoxin=zat pemicu kanker atau karsinogenik, dihasilkan oleh jamur) pada tempe. Karena jamur yang dipakai untuk membuat tempe dapat menurunkan kadar aflatoxin hingga 70%. Penemuan ini menunjukkan bahwa seandainya ada aflatoxsin pada tempe, yang dibawa oleh bahan mentahnya, kadarnya telah dikurangi oleh adanya jamur tempe.
Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa kedelai lebih sulit tercemar oleh aflatoxin dibanding komoditas pertanian lainnya. Disebutkan bahwa adanya zat, seperti zink pada kedelai, membuat sintesa aflatoxin terhambat. Karenanya, jelas bahwa makanan tempe lebih aman dari ‘gangguan’ aflatoxin.
Kandungan gizi tempe juga mampu bersaing dengan sumber protein yang berasal dari bahan makanan lain, seperti daging, telur dan ikan.
Yang menarik, dengan kalorinya yang relatif rendah, 149 kal per 100 gram, tempe membantu orang yang sedang diet rendah kalori. Dan dengan kandungan karbohidratnya yang 12,7 gram tempe sangat cocok untuk dikonsumsi para penderita diabetes karena tidak mengandung gula.
Beberapa literatur juga menyebutkan, masyarakat yang biasa mengkonsumsi tempe, jarang terkena penyakit saluran pencernaan karena kandungan seratnya (diety fiber) mencapai 7,2 gram per 100 gram. Tempe termasuk bahan makan yang mengandung vitamin B Kompleks, diantaranya vitamin B-12 yang berfungsi untuk pembentukan butir darah merah.
Tempe obat disentri?
Keampuhannya telah dibuktikan Van Veen, seorang peneliti dari Belanda, pada penelitiannya yang dilakukan pada awal 1940-an. Penelitian yang dilakukan pada tahanan Perang Dunia II di Penjara daerah Pulau Jawa ini, mengungkapkan bahwa tempe terbukti mampu mengatasi disentri yang dialami para tahanan tersebut.
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa masyarakat yang biasa mengkonsumsi tempe, lebih jarang atau tidak mudah terkena serangan penyakit saluran pencernaan.
Sementara penelitian lain menunjukkan, pemberian menu tempe kepada pasien yang mempunyai kadar kolesterol tinggi, dapat menurunkan kadar kolesterolnya ke tingkat yang normal.
Tampaknya hal ini disebabkan asal tempe itu sendiri yang berasal dari kedelai. Lebih jauh, penelitian Lembaga Gizi ASEAN menyimpulkan, tempe dapat digunakan dalam pembuatan bahan makanan campuran untuk menanggulangi masalah kekurangan kalori, protein, dan penyakit diare pada anak balita.
Disebutkan juga, tempe mempunyai khasiat antara lain mempercepat berhentinya diare akut anak, mempercepat hilangnya lekosit darah, dan dapat meningkatkan berat badan serta status gizi. Terapi gizi menggunakan bahan makanan campuran dari tempe diberikan selama diare, setidak-tidaknya sampai tiga bulan pasca diare.
Konsumen tidak perlu khawatir terhadap aflatoxin dari jamur lain (aflatoxin=zat pemicu kanker atau karsinogenik, dihasilkan oleh jamur) pada tempe. Karena jamur yang dipakai untuk membuat tempe dapat menurunkan kadar aflatoxin hingga 70%. Penemuan ini menunjukkan bahwa seandainya ada aflatoxsin pada tempe, yang dibawa oleh bahan mentahnya, kadarnya telah dikurangi oleh adanya jamur tempe.
Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa kedelai lebih sulit tercemar oleh aflatoxin dibanding komoditas pertanian lainnya. Disebutkan bahwa adanya zat, seperti zink pada kedelai, membuat sintesa aflatoxin terhambat. Karenanya, jelas bahwa makanan tempe lebih aman dari ‘gangguan’ aflatoxin.
Kandungan gizi tempe juga mampu bersaing dengan sumber protein yang berasal dari bahan makanan lain, seperti daging, telur dan ikan.
Yang menarik, dengan kalorinya yang relatif rendah, 149 kal per 100 gram, tempe membantu orang yang sedang diet rendah kalori. Dan dengan kandungan karbohidratnya yang 12,7 gram tempe sangat cocok untuk dikonsumsi para penderita diabetes karena tidak mengandung gula.
Beberapa literatur juga menyebutkan, masyarakat yang biasa mengkonsumsi tempe, jarang terkena penyakit saluran pencernaan karena kandungan seratnya (diety fiber) mencapai 7,2 gram per 100 gram. Tempe termasuk bahan makan yang mengandung vitamin B Kompleks, diantaranya vitamin B-12 yang berfungsi untuk pembentukan butir darah merah.
0 komentar:
Posting Komentar