Home » » 1 dari 5 Orang Mengecek E-mail Pasangannya

1 dari 5 Orang Mengecek E-mail Pasangannya


Memang paling mencemaskan bila melihat tanda-tanda pasangan punya perhatian pada pria atau wanita lain. Tidak mengherankan bila orang cenderung ingin mengintip apa isi e-mail atau SMS pasangannya. Hal ini sudah jamak ditemukan, bahkan penelitian menunjukkan bahwa satu dari lima suami (atau istri) ternyata punya kebiasaan mengecek e-mail pasangannya.

Studi yang bertema "Netiquette di Antara Pasangan Menikah" ini menganalisa data dari hampir 1.000 pasangan di Inggris. Tim peneliti datang dari London School of Economics, University of Oxford dan Nottingham Trent University.

"Penemuan kami menunjukkan bahwa ada tingkat pengawasan yang tinggi terhadap pasangan. Salah satu temuan cukup mengejutkan, karena lebih sering dilakukan oleh istri ketimbang suami," jelas Ellen Helsper, pemimpin studi tersebut.

Hal ini sebenarnya bertentangan dengan penelitian yang mengatakan bahwa perempuan cenderung kurang memahami teknologi daripada pria. Dalam kasus ketika mereka curiga pasangan berselingkuh, perempuan akan mengalahkan kondisi gapteknya itu dengan mengecek SMS atau e-mail pasangannya.

Para peneliti, yang melaporkan temuan mereka di jurnal Computers in Human Behavior minggu ini, menganalisa jawaban dari serangkaian pertanyaan yang dilontarkan mengenai penggunaan internet.

Hasilnya menunjukkan bahwa 8 persen pria dan 14 persen wanita membaca e-mail pasangannya. Dalam satu dari lima hubungan tersebut, setidaknya satu pasangan mengecek history pada browser internet yang baru digunakan pasangannya. Terlihat juga bahwa 7 persen pria dan 13 persen wanita mengecek SMS pasangannya. Satu persen pria maupun wanita juga menggunakan software untuk memonitor komputer, dan 1 persen lagi menunjukkan bahwa suami atau istri berpura-pura menjadi orang lain untuk mengontak pasangannya.

"Terlihat jelas bahwa pengguna internet tidak ragu mengambil tindakan ketika mereka berpikir pasangannya mungkin melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai," kata Helsper lagi.

Apa pun alasan yang digunakan untuk mengawasi, memata-matai pasangan ternyata jauh lebih sering dilakukan daripada yang kami asumsikan. Buktinya, satu dari tiga pasangan setidaknya memiliki satu pasangan yang memonitor perilaku pasangannya dengan menggunakan perangkat teknologi tertentu.

Rasa insecure ini ternyata tak hanya dialami oleh mereka yang pengantin baru, lho. Rata-rata usia responden yang mengambil bagian dalam penelitian ini adalah 49 tahun. Mereka adalah pasangan yang rata-rata sudah menikah selama 19 tahun, dengan jumlah rata-rata 1,6 anak.

Sumber: Telegraph , Kompas,Rabu, 31/3/2010

0 komentar:

Posting Komentar